Kasus pencucian uang hasil judi online yang melibatkan pegawai Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) kembali mencuat ke publik setelah terungkap bahwa istri dari salah satu tersangka, Darmawati, membeli mobil mewah Lexus RX500 seharga lebih dari Rp 2 miliar secara tunai.

Pembelian ini menjadi sorotan karena uang yang digunakan diduga berasal dari hasil tindak pidana makelar atau penjagaan situs judi online ilegal yang diatur oleh suaminya, Muhrijan alias Agus, yang juga merupakan pegawai di Komdigi.

Latar Belakang Kasus

Muhrijan alias Agus, suami Darmawati, diduga menjadi makelar situs judi online di lingkungan Komdigi. Dalam perannya, Agus berfungsi sebagai penghubung antara agen judi dengan oknum-oknum di kementerian untuk memastikan bahwa situs judi online tersebut tetap aktif tanpa diblokir oleh pemerintah.

Praktik ini dilakukan dengan pengaturan sistem yang memungkinkan jalannya situs judi secara ilegal selama berbulan-bulan, dengan tarif yang dikenakan hingga Rp 10 juta per situs.

Selama periode April hingga Oktober 2025, Agus menerima sejumlah uang dari hasil penjagaan situs judi online dari situs waktogel dan menyerahkan uang tersebut kepada Darmawati, baik secara langsung maupun melalui transfer bank.

Darmawati kemudian menggunakan uang tersebut untuk membeli berbagai barang mewah, termasuk mobil Lexus RX500 senilai Rp 2.006.000.000, yang dibeli secara tunai pada bulan Juni 2025 dengan kemenangan yang ia peroleh di link alternatif waktogel.

Pembelian Mobil Mewah Secara Tunai

Menurut kesaksian Rema Galang Mahardika, sales mobil Lexus di Kelapa Gading, Darmawati memilih membeli mobil Lexus RX500 baru dengan warna putih dan melakukan pembayaran secara tunai full tanpa melalui kredit.

Transaksi pembelian dilakukan dengan harga resmi Rp 2,006 miliar dan lengkap dengan dokumen BPKB atas nama Darmawati. Proses serah terima kendaraan juga berjalan sekitar lima bulan setelah transaksi pembelian.

Pembelian ini menjadi bukti kuat dalam kasus dugaan pencucian uang karena menunjukkan gaya hidup mewah yang tidak sesuai dengan penghasilan resmi Darmawati maupun suaminya sebagai pegawai pemerintah.

Selain Lexus RX500, Darmawati juga diketahui membeli mobil BMW seharga Rp 2,7 miliar secara tunai, serta berbagai produk bermerk mewah seperti perhiasan berlian, jam tangan branded, tas, dan perangkat elektronik kelas atas.

Barang Bukti dan Penyidikan

Selain mobil mewah, penyidik Polda Metro Jaya telah menyita berbagai barang bukti dari tangan Darmawati selama penggeledahan. Barang bukti tersebut meliputi uang tunai lebih dari Rp 2,6 miliar dalam beberapa mata uang yaitu rupiah, dolar Singapura, dan dolar Amerika Serikat.

Penyidik juga menyita 58 perhiasan emas dan berlian, enam unit ponsel, dua jam tangan mewah, dua mobil, serta sebuah buku tabungan yang menjadi bagian dari rangkaian bukti tindak pidana pencucian uang. Darmawati didakwa berdasarkan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU).

Dakwaan ini menegaskan bahwa barang-barang mewah yang dibelinya berasal dari hasil kejahatan, yaitu pengelolaan dan penjagaan situs judi waktogel online ilegal yang merugikan negara dan masyarakat secara luas.

Modus Pencucian Uang

Kasus ini juga menyoroti modus pencucian uang yang dilakukan melalui gaya hidup mewah. Darmawati menggunakan dana hasil kejahatan tersebut untuk memborong barang-barang berharga tinggi yang secara kasat mata sulit dijelaskan dari penghasilan resmi suami dan dirinya sendiri.

Gaya hidup "sultan dadakan" yang ditampilkan oleh Darmawati dengan pembelian mobil mewah dan berbagai produk bermerek menjadi pelengkap dalam mengungkap jaringan kejahatan yang melibatkan pegawai negeri di Komdigi.

Pola pencucian uang melalui konsumsi barang mewah seperti mobil, jam tangan, perhiasan, dan barang elektronik mewah sering menjadi trik para pelaku kejahatan untuk menyamarkan uang hasil korupsi atau judi ilegal.

Transaksi tunai pembelian kendaraan dan barang mewah ini juga berisiko menimbulkan keraguan, sehingga menjadi fokus utama penyidik untuk menelusuri aliran dana dan keterlibatan lebih banyak pihak yang terkait.